CIPATAT – Muhamad Rizal, guru di SMKN 1 Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, menciptakan inovasi kompor berbahan bakar oli bekas. Dengan komponen sederhana, kompor tersebut mampu menghasilkan panas hingga 600 derajat Celsius selama 1-2 jam hanya dengan 200 mililiter oli bekas.
Rizal menjelaskan bahwa inovasi ini muncul dari keprihatinannya terhadap banyaknya oli bekas di lingkungan sekitar yang tergolong limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). “Selain mengurangi limbah, inovasi ini juga bertujuan mengedukasi siswa untuk mengolah limbah B3 menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujarnya saat ditemui di sekolah, baru-baru ini.
Kompor ini, lanjut Rizal, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari maupun produksi industri kecil seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai alternatif energi. Komponen utama kompor ini meliputi oli bekas, tangki penyimpanan, kipas bowler, dan tungku. “Semua alat bisa dibuat dari barang bekas dengan biaya kurang dari Rp150 ribu. Namun, proses pembuatannya membutuhkan keahlian pengelasan,” jelasnya.
Rizal menambahkan, kompor prototipe ini masih membutuhkan penyempurnaan, seperti penggunaan kipas bowler yang lebih kecil dan tangki penyimpanan yang lebih praktis agar menjadi portabel. “Kami berharap ada dukungan dari dinas terkait serta legalitas dan perizinan agar kompor ini bisa diproduksi massal dan dimanfaatkan masyarakat,” tuturnya.
Kepala SMKN 1 Cipatat, Supeno, menyatakan bahwa inovasi ini merupakan hasil dari upaya guru dalam meningkatkan kompetensinya. “Teknologi di dunia industri berkembang pesat, sementara pendidikan sering tertinggal. Ada kesenjangan yang harus dijembatani. Oleh karena itu, guru harus kreatif agar siswa juga terinspirasi menjadi kreatif,” jelasnya.
Supeno juga menegaskan bahwa inovasi ini mencerminkan perhatian SMKN 1 Cipatat terhadap isu lingkungan. “Sekolah kami dekat dengan tempat pembuangan akhir (TPA). Kami mendorong siswa untuk peduli terhadap lingkungan, salah satunya melalui program P5 dengan tema gaya hidup berkelanjutan,” katanya.
Dalam program tersebut, siswa juga menciptakan pembangkit listrik tenaga uap berbahan dasar sampah. “Meski masih dalam level mikro, kami terus mendorong kebiasaan ramah lingkungan seperti zero waste dengan membawa tempat minum sendiri,” tambahnya.
Melalui inovasi seperti ini, SMKN 1 Cipatat berupaya menjadi pelopor dalam mengintegrasikan teknologi, pendidikan, dan kesadaran lingkungan untuk menciptakan solusi berkelanjutan.
(Naufal Zuhdi)